Pendidikan Nasional Berbasis Al-Quran

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Wartawan, Da’i, Penulis dan Editor

Menjelang Hari Pendidikan Nasional 2 Mei tahun ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Anies Baswedan membuka Kongres Guru Al-Quran se-Indonesia di Masjid Jogokariyan, Mantrijeron, Yogyakarta, Sabtu (30/4).

Dalam sambutannya, Anies Baswedan mengatakan pentingnya pendidikan literasi, karakter, dan kompetensi, pesannya di depan sekitar 500 peserta guru Al-Quran dengan tema “Membangun Keluarga Tangguh Berbasis Al Qur’an, Mempersiapkan Pemimpin Bangsa Indonesia”.

Menurut Anies, dalam pendidikan nasonal diperlukan beberapa hal di antaranya di samping kemampuan membaca, menulis, berhitung, juga sains, teknologi informasi, dan budaya. Dan tak kalahpenting adalah pendidikan karakter atau akhlaq, seperti pentingnya menjadikan anak beriman, jujur, dan rendah hati.

Sementara itu, Presiden Direktur DPP Badan Koordinasi Pendidikan Alquran dan Keluarga Sakinah Indonesia (BKPAKSI) H.M. Jazir Asp mengatakan, kongres dilaksanakan untuk mendiskusikan dan menyiapkan berbagai modul untuk memperkuat dan meningkatkan pendidikan Al-Quran bagi anak Indonesia.

Basis Al-Quran

Pada akhir zaman seperti sekarang ini, pengelola, praktisi hingga orang tua mencari format dan bentuk lembaga pendidikan yang ideal untuk menyiapkan generasi penerusnya agar bisa selamat di dunia dan akhirat.

Terlebih dalam skala lebih luas secara nasional, kesuksesan dan kemajuan suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh salah satu faktornya yaitu pendidikan. Sebab, dengan pendidikanlah pola pikir, sikap dan wawasan anak didik akan diubah dan berubah. Sejarah peradaban dunia telah membuktikan bahwa kemajuan peradaban sebuah bangsa erat kaitannya dengan pendidikan bangsa tersebut.

Pesatnya teknologi Jepang dengan semangat Kaizen, kemajuan dunia Barat terutama Eropa dengan Renaisance, dan lebih-lebih jauh sebelum itu adalah Islam dengan Iqra’, semangat belajar dan membaca. Iqra, yang merupakan ajaran di dalam Al-Quran menjadikan manusia terdorong untuk membaca, mempelajari, mengeksplorasi, menulis hingga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi seluas-luasnya.

Allah pun memberikan penghargaan tinggi bagi orang-orang yang berilmu pengetahuan, tapi yang beriman, seperti dalam firman-Nya:

…يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتٍ۬‌ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٌ۬

Artinya: “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Mujadalah [58]: 11).

Hingga berkembanglah ilmu pengetahuan, dengan tetap berbasiskan iman kepada Allah. Sehingga ilmu itu digunakan untuk kebaikan, kemaslahatan dan kesejahteraan manusia serta alam lingkungan (prinsip Islam rahmatan lil ‘alamin). Sesuai dengan ajaran Islam itu sendii yang bertujuan memberikan kesejahteraan bagi segenap alam. Seperti tertuang di dalam Al-Quran:

وَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً۬ لِّلۡعَـٰلَمِينَ

Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk [menjadi] rahmat bagi semesta alam.” (Qs. Al-Anbiya [21]: 107).

Sebaliknya, yang terjadi kemudian perkembangan iptek tanpa iman, tanpa ruh Al-Quran, maka hanya akan mengakibatkan kerusakan saja di permukaan bumi ini. Kemajuan teknologi digunakan untuk merusak alam, menindas sesamanya, mengumpuljan kapital tanpa menyejahterakan, hingga untuk peperangan yang mengorbankan warga sipil.

Allah menuyebutkan di dalam Al-Quran tentang kerusakan di muka bumi ini adalah akibat ulah tagan manusia yang tidak melandaskan kegiatannya pada ibadah kepada Allah.

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِى عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari [akibat] perbuatan mereka, agar mereka kembali [ke jalan yang benar].” (Qs. Ar-Ruum [30]: 41).

Dijadikannya Al-Quran sebagai basis pendidikan bagi generasi karena memang Al-Quran adalah pedoman hidup, petunjuk kebenaran, rahmat dn obat bagi segala problematika hidup, yang mampu membimbing umat manusia selamat, bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat.

Begitulah memang, Allah menurunkan Al-Qur’an dengan membawa kebenaran yang hakiki. Karenanya, Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi dan tujuan bagi kehidupan umat manusia, di antaranya:

Al-Qur’an sebagai Petunjuk bagi Manusia

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Dengan mengikuti petunjuk al-Qur’an tersebut, manusia akan mempunya arah dan tujuan hidup yang jelas dalam menjalani hidup dan kehidupannya.

Allah menyebutkan di dalam beberapa ayat Al-Quran:

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ…..

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…” (Qs. Al-Baqarah [2]: 185).

ذَٲلِكَ ٱلۡڪِتَـٰبُ لَا رَيۡبَ‌ۛ فِيهِ‌ۛ هُدً۬ى لِّلۡمُتَّقِينَ

Artinya: “Kitab [Al Qur’an] ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 2).

Al-Qur’an sebagai Sumber Kebenaran

Salah satu fungsi penting Al-Qur’an adalah sebagai sumber pokok ajaran Islam, yang mutlak kebenarannya, karena datang dari Allah Sang Pencipta alam semesta. Isi ajaran di dalam A-Quran telah sempurna, lengkap dan menyeluruh, di samping berisi prinsip-prinsip dan ada juga yang bersifat terperinci dan khusus.

Di dalam ayat disebutkan:

إِنَّآ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ لِتَحۡكُمَ بَيۡنَ ٱلنَّاسِ بِمَآ أَرَٮٰكَ ٱللَّهُ‌ۚ وَلَا تَكُن لِّلۡخَآٮِٕنِينَ خَصِيمً۬ا

Artinya: “Sesungguhnya Kami Telah menurunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat.” (Qs. An-Nisa’ [4]: 105).

Al-Qur’an sebagai Peringatan dan Pelajaran bagi Manusia

Sebagai peringatan dan pelajaran bagi manusia, Al-Qur’an merupakan kitab suci isinya antara lain berupa sejarah atau kisah umat terdahulu. Dalam kisah-kisah itu dijelaskan bahwa ada di antara umat manusia sebagian orang-orang yang beriman, thaat dan shalih. Namun ada pula sebagian yang lain orang-orang yang kafir, maksiat dan tidak shalih.

Pelajaran dari mereka yang shalih, Allah menjanjikan kebaikan di dunia dan pahala (surga) di akhirat karena ridha-Nya. Sebaliknya kepada mereka yang kafir, durhaka dan tidak shalih, Allah membeikan ancaman dengan dan azab baik di dunia maupun di akhirat. Ini pun pelajaran berharga buat manusia.

Di dalam Al-Quran disebutkan:

كِتَـٰبٌ أُنزِلَ إِلَيۡكَ فَلَا يَكُن فِى صَدۡرِكَ حَرَجٌ۬ مِّنۡهُ لِتُنذِرَ بِهِۦ وَذِكۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِينَ

Artinya : “Dan Ini (Al-Quran) adalah Kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (al-Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.” (Qs. Al-A’raf [7]: 2).

إِنَّ هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَہۡدِى لِلَّتِى هِىَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرً۬ا كَبِيرً۬ا

Artinya: “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada [jalan] yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Qs. Al-Isra [17: 9).

Al-Quran Dasar Kurikulum

Dalam sejarah keilmuan Islam terutama dalam bidang ilmu, pendidikan dan pengajaran, baik pada zaman dulu maupun sekarang, baik di lembaga pendidikan pesantren atau di lembaga pendidikan sekolah ataupun madrasah modern, Al-Qur’an menempati posisi yang sangat sentral dan penting. Seluruh aspek keilmuan, pendidikan dan pengajaran bersumber dan bermuara kepada nilai dan spirit Al-Qur’an.

Kalau mencermati sejarah para sahabat Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam serta para tabi’in, pejuang, ulama dan tokoh-tokoh Muslim terpandang pada masa lalu dan pada masa berikutnya. Mereka mampu menjadi tokoh-tokoh yang sangat terkenal baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional, karena mereka telah menjadikan Al-Quran sebagai basis utama pendidikan. Mereka mempelajari terlebih dahulu Al-Quran sebelum mempelajari ilmu yang lainnya. Atau pun mereka kemudian mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan tetap melandaskannya pada Al-Quran.

Maka, lahirlah pakar-pakar iptek seperti Ibnu Sina dalam bidang Kedokteran, Ibnu Khaldun dalam hal sosial budaya, Imam Al-Ghazali dalam psikologi, Al-Jabbar pakar matematika, dsb.

Ketokohan para ilmuwan Muslim yang menjadikan Al-Quran sebagai dasar pengembangan iptek itu sendiri, telah diakui oleh para pakar dan profesor Barat, seperti pengakuan Prof Dr Joe Leigh Simson, Profesor bidang Moleculer dan Genetika Manusia, Baylor College Medicine, Houston Amerika.

Dalam pernyataannya mengatakan, “Agama dapat menjadi petunjuk yang berhasil untuk pencarian ilmu pengetahuan. Dan agama Islam dapat mencapai sukses dalam hal ini. Tidak ada pertentangan antara ilmu genetika dan Islam. Kenyataan di dalam Al-Quran yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan menjadi valid. Al-Quran mendukung Ilmu Pengetahuan”.

Prof. TVN Persaud, Ahli Anatomi, Ahli Kesehatan Anak-anak dan Ahli Ginekologi kebidanan dan Ilmu Reproduksi di Universitas Menitoba, Winnipeg, Menitoba, Kanada, menyimpulkan, “Al-Quran adalah sebuah kitab, petunjuk, kebenaran, bukti dan kebenaran yang abadi bagi kita sampai akhir zaman”.

Prof. Palmer, Ahli Geologi ternama Amerika Serikat, juga menyebutkan, “Al-Quran adalah kitab yang menakjubkan yang menggambarkan masa lalu, sekarang, dan masa depan”.

Demikian pula Prof. Shroeder, Ilmuwan Kelautan dari Jerman, yang mengatakan bahwa Ilmuwan itu sebenarnya hanya menegaskan apa yang tertulis di dalam Al-Quran beberapa tahun yang lalu. Para Ilmuwan sekarang hanya menemukan apa yang tekah tersebut di dalam Al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu.

Kalau demikian, maka kaitannya dengan orang-orang Muslim yang terkait dengan pembentukan kurikulum pendidikan nasional adalah bagaimana nilai-nilai Al-Quran dapat terkandung dan mewarnai pendidikan generasi. Apalagi jika dikaitkan dengan pendidikan karakter kepribadian, moral (akhlak), etika (adab), interaksi sosial (jama’ah), hingga pembangunan suatu bangsa. Maka, itu semua ada di dalam Al-Quran.

Tinggal memadukan tiga elemen penting pendidikan, seperti menurut Brooks dan Goole dalam Elmmubarak (2009), yaitu prinsip, proses, dan praktiknya. Dalam menjalankan prinsip, nilai-nilai yang diajarkan adalah bersumber dari Al-Quran. Proses kurikulum oleh para pembuat kebijakan, dan praktiknya oleh lembaga-lembaga pendidikanm termasuk guru-gurunya.

Harapan

Dr. Fuad Fachrudin, Dosen Pasca Sarjana UIN Jakarta mengatakan bahwa sebenarnya banyak yang bisa membaca Al-Quran. Akan tetapi masih belum banyak yang bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam Sistem Pendidikan.

Padahal menurutnya, pendidikan berbasis Al-Quran memiliki keunggulan-keunggulan, yang dapat diterapkan di Indonesia.

Menurut alumni Ateneode Manila University Social Development (AMUSD) tersebut, untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia harus dimulai dari para pendidik itu sendiri, disertai dengan pendidikan berbasis Al-Quran.

Senada dengan itu, Wakil Ketua Bidang Akedemik STAI Al-Fatah, Ir. Agus Priyono,M.Si. mengatakan, ilmu itu dasarnya dari Al-Quran, Al-Quran sumber segala pengetahuan, orang barat sudah belajar Al-Quran dan membuktikan kebenarannya.

“Jika sisitem pendidikan di Indonesia berbasis Al-Quran, maka senantiasa nilai-nilai kehidupan kita akan lebih bermakna,” katanya.

Ini sesuai dan seiring dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dan ini merupakan hak warga negara Indonesia, yang mayoritas Muslim, yang kitab sucinya adalah Al-Quran. Mereka, pelajar-pelajar Muslim berhak mendapatkan pendidikan berbasiskan Al-Quran.

Lembaga-lembaga pendidikan berlebelkan Islam, seperti Pondok Pesantren, Sekolah Islam Terpadu, Peguruan Tinggi Islam, trntu tidak harus menunggu kurikulum itu sempurna ada. Lembaga-lembaga itu dengan kemandiriannya sudah dapat memulai, dan sebagian besar sudah memulainya, menerapkan Kurikulum Pendidikan Berbasis Al-Quran.

Tidak ada lagi dikotomi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Sebab yang seringkali disebut ilmu-ilmu umumpun, seperti matematika, fisika, kimia, biologi, ekonomi, geografi, adalah bagian juga dari ilmu-ilmu agama Islam. Dan semua itu prinsip-prinsip dasarnya, sekali lagi ada di dalam Al-Quran. (P4/R02)

www.alifarkhantsani.com

Link : https://minanews.net/pendidikan-nasional-berbasis-al-quran